Panduan Penggunaan AlQuran Tajwid Warna
Al-Quran tajwid warna. Perkembangan penerbitan mushaf Al-Qur’an di dunia Islam mengalami kemajuan yang pesat, termasuk di Indonesia. Bahkan beberapa penerbit menerbitkan mushaf Al-Qur’an dengan bermacam-macam format, desain grafis, dan penampilan dalam rangka peningkatan kualitas. Sejauh ini penerbitan tersebut tidak menimbulkan masalah, karena semuanya hanya pada tataran format dan penampilan.
Pada perkembangan selanjutnya muncul kreasi baru, yaitu penerbitan mushaf Al-Qur’an dengan tajwid sistem warna. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, di antaranya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam membaca Al-Qur’an dengan tajwid.
Namun dalam perkembangannya, mushaf Al-Qur’an tajwid sistem warna ternyata menimbulkan persoalan di kalangan masyarakat, disebabkan adanya perbedaan sistem pewarnaan dalam satu hukum tajwid antara mushaf Al-Qur’an yang diterbitkan oleh penerbit yang satu dengan lainnya.
Dalam pelaksanaan tugas-tugas pentashihan, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama berpedoman pada Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia, yang ditetap1984 tentang Penetapan Mushaf Al-Qur’an Standar dan Instruksi Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penggunaan Mushaf Al-Qur’an Standar sebagai Pedoman dalam Mentashih Al-Qur’an.
Padahal Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia tidak menggunakan pewarnaan pada tanda-tanda baca tajwid yang ada di dalamnya. Berdasarkan latar belakang tersebut dan sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Lokakarya Tajwid Sistem Warna yang diselenggarakan pada tanggal 27 s.d. 29 Oktober 2009, maka disusunlah Pedoman Tajwid Sistem Warna ini. Al-Qur’an dengan tajwid sistem warna.Pedoman bagi para penerbit Mushaf Al-Qur’an yang menerbitkan
Tujuan dan Kegunaan
Pedoman Tajwid Sistem Warna ini disusun dengan tujuan untuk menyeragamkan pewarnaan Mushaf Al-Qur’an yang menggunakan tajwid sistem warna di Indonesia.
Adapun kegunaannya adalah sebagai:
- Pedoman bagi para penerbit Mushaf Al-Qur'an yang menerbitkan Al-Qur'an dengan tajwis sistem warna.
- Pedoman bagi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dalam melakukan pentashihan Mushaf Al-Qur’an tajwid sistem warna.
- Panduan belajar bagi masyarakat dalam membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan guru Al-Qur’an.
Pengertian Tajwid dan Al Quran Tajwid Warna
Tajwid adalah melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan tempat keluarnya (makhraj), sifat-sifatnya, dan ketentuan hukum bacaannya. Tajwid yang dimaksud dalam pedoman ini berdasarkan riwayat Hafs dari 'Asim melalui jalur (tariq) Syatibiyyah.
Tajwid Sistem Warna adalah penandaan hukum bacaan tajwid dengan lambang atau warna yang dibubuhkan pada huruf atau tanda baca agar dapat dilafalkan sesuai dengan kaidah tajwid.
Prinsip dalam Pedoman Tajwid Sistem Warna
Penyusunan Pedoman AlQuran Tajwid Warna dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Lambang atau Warna
Tajwid Sistem Warna merupakan lambang atau warna sebagai upaya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama pembaca pemula dalam belajar membaca Al-Qur’an.
2. Pelengkap Pembelajaran
Tajwid Sistem Warna hanyalah sebagai pelengkap untuk belajar membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sebaiknya pembaca tidak hanya belajar melalui tajwid sistem warna, tetapi harus di bawah bimbingan guru Al-Qur’an secara langsung (musyafahah dan talaqqi).
3. Sistem Pewarnaan
Sistem pewarnaan dirumuskan menjadi empat kelompok:
- Kelompok hukum bacaan huruf (ahkamul huruf ), meliputi:isgham bilagunnah, idgham mutamatsilain, isgham mutajanisain, idgham mutaqaribain, isdgham bigunnah, idgham mimi, gunnah, iqlab, ikhfa, dan ikhfa syafawi.
- b. Kelompok hukum bacaan panjang (ahkamul mad), meliputi: mad lazim dan mad farq, mad wajib muttashil, mad jaiz munfashil, dan mad shilah thawilah.
- c. Kelompok tanda waqaf ('alamatul waqf ), meliputi: waqaflazim, al waqfu aula, waqaf mu'anaqah, waqaf jaiz, al washlu aula, dan la waqfa fih.
- d. Huruf yang tidak dilafalkan.
4. Pembubuhan warna
Pembubuhan warna tajwid yang digunakan dalam pedoman ini memiliki ciri sebagai berikut:
a. Warna yang digunakan adalah enam warna:
- Merah (C:0, M:100, Y:100, K:0)
- Magenta (C:0, M:100, Y:0, K:0)
- Biru (C:100, M:100, Y:0, K:0)
- Cyan (C:100, M:0, Y:0 K:0)
- Hijau (C:100, M:0, Y:100, K:0)
- Grey (C:0, M:0, Y:0, K:30)
b. Satu warna dapat digunakan untuk lebih dari satu kaidah bacaan.
5. Tanda Waqaf
Sistem pewarnaan harus mengacu kepada sistem tanda waqaf dalam Mushaf Standar Indonesia.
6. Model
Sistem pewarnaan pada tajwid warna menggunakan salah satu dari tiga model:
a. Model Akademik
Model akademik adalah pola pewarnaan berdasarkan kaidah tajwid, yaitu pewarnaan pada huruf-huruf dan harakat yang menimbulkan sebuah hukum bacaan tajwid.
b. Model Fonetik
Model fonetik adalah pola pewarnaan berdasarkan pelafalan, yaitu pewarnaan pada huruf dan harakat yang dilafalkan karena mengandung hukum tajwid.
c. Model Praktis
Model praktis adalah pola pewarnaan berdasarkan pada tanda baca yang menunjukkan hukum tajwid.
7. Mushaf yang Sudah Beredar
Mushaf Al-Qur’an Tajwid Sistem Warna yang sudah beredar menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam perumusan warna.
E. Rumusan dalam Pedoman AlQuran Tajwid Warna
Dalam penyusunan pedoman tajwid sistem warna ini, dengan memperhatikan kesamaan ketentuan kaidah bacaannya, seluruh pokok hukum tajwid dibagi ke dalam empat kelompok hukum tajwid, yaitu:
1. Kelompok hukum bacaan huruf (ahkamul huruf),
a. Warna merah: idgham bighunnah, idgham mutamatsilain, idgham mutajanisain, dan idgham mutaqaribain.
b. Warna magenta: idgham bilaghunnah, idgham mimi, dan ghunnah.
c. Warna cyan: iqlab.
d. Warna hijau: ikhfa dan ikhfa’ syafawi.
e. Warna biru: qalqalah.
2. Kelompok hukum bacaan panjang ( ):
a. Warna magenta: mad lazim dan .
b. Warna cyan: mad wajib muttashil.
c. Warna hijau: mad ja’iz munfashil dan mad shilah thawilah.
3. Kelompok tanda waqaf (‘alamatul waqf ):
a. Warna merah: waqaf lazim dan al-waqfu aula.
b. Warna biru: waqaf mu‘anaqah dan waqaf ja’iz.
c. Warna hijau: al-washlu aula dan la waqfa fih.
4. Huruf yang tidak dilafalkan diberi warna grey (K:30).
Butir 1 dan 2 merupakan ketentuan yang harus digunakan dalam setiap penerbitan mushaf Al-Qur’an Tajwid Sistem Warna. Adapun butir 3 dan 4 merupakan pilihan (dapat digunakan atau tidak). Bagi penerbit yang menggunakan butir 3 dan 4, pedoman ini bersifat mengikat.
F. Tim Penyusun
Pedoman ini disusun oleh sebuah tim yang terdiri dari unsur Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Ulama Al-Qur’an, Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Keagamaan, serta Penerbit dan Percetakan Al-Qur’an.
Tim tersebut adalah:
1. Drs. H. Muhammad Shohib, M.A. (Pengarah)
2. Drs. H. Enang Sudrajat (Ketua)
3. H. Zaenal Muttaqin, Lc., M.Si. (Sekretaris)
4. H. Abdul Aziz Sidqi, M.A. (Anggota)
5. Drs. H. E. Badri Yunardi, M.Pd. (Anggota)
6. H. Fahrur Rozi, M.A. (Anggota)
7. Ahmad Jaeni, S.Th.I. (Anggota)
8. Imam Mutaqien, S.Th.I (Anggota)
9. Drs. Adang Kartana Koes, S.Psi. (Anggota)
10. Iwan Purwanto, S.Sos. (Anggota)
PEDOMAN TAJWID SISTEM WARNA
Dalam penyusunan tajwid sistem warna ini, seluruh pokok hukum tajwid dikelompokkan menjadi empat kelompok sesuai dengan kesamaan ketentuan hukumnya, yaitu:
A. Kelompok hukum bacaan huruf
(ahkamul huruf ). Berdasarkan kesamaan kaidah bacaannya, kelompok hukum bacaan ini dibagi menjadi 5 warna, yaitu:
a. Warna merah
Warna merah dipakai untuk semua bacaan idgham, tanpa adanya gunnah, sebagaimana contoh berikut ini.
* Bacaan idgham mutajanisain terdapat pada: tsa’ dengan dzal , dal dengan ta’, ta’ dengan dal, dzal dengan zha’ , ta’ dengan tha’ , tha’ dengan ta’, dan ba’dengan mim . Namun dikecualikan untuk ba’ yang bertemu dengan mim, meskipun termasuk bacaan idgham mutajanisain, karena disertai gunnah, maka diberi warna magenta.
** Bacaan idgham mutaqaribain hanya terdapat pada lam bertemu dengan ra’ , dan qaf bertemu dengan kaf.
b. Warna magenta
Warna magenta dipakai untuk semua bacaan idgham yang disertai gunnah atau bacaan gunnah saja, sebagaimana contoh berikut ini.
c. Warna cyan
dipakai untuk kaidah tajwid yang mengharuskan pembalikan bunyi nun mati/tanwin menjadi bunyi mim mati (iqlab), sebagaimana contoh berikut ini.
d. Warna hijau
dipakai untuk kaidah tajwid yang mengharuskan membunyikan nun mati/tanwin menjadi samar (ikhfa’), sebagaimana contoh berikut ini.
e. Warna biru
dipakai untuk kaidah tajwid yang mengharuskan bunyi huruf qalqalah dibunyikan memantul ketika dimatikan, sebagaimana contoh berikut ini.
B. Kelompok hukum bacaan panjang (ahkamul mad)
Kelompok ini sesuai dengan kesamaan panjang-pendeknya terbagi menjadi 3 warna, yaitu:
a. Warna magenta
Dipakai untuk semua bacaan madd yang wajib dibaca 6 harakat/3 Alif, sebagaimana contoh berikut ini.
b. Warna cyan
Dipakai untuk bacaan madd yang wajib dibaca 5 harakat/2,5 Alif, yaitu Madd Wajib Muttashil sebagaimana contoh berikut ini.
c. Warna hijau
Dipakai untuk bacaan madd yang bisa dibaca 2 atau 5 harakat, yaitu Madd Ja’iz Munfashil dan Madd shilah thawilah, sebagaimana contoh berikut ini.
C. Kelompok tanda waqaf ('alamatul waqf)
Kelompok ini sesuai dengan kecenderungannya terbagi menjadi 3 warna, yaitu:
a. Warna merah
Dipakai untuk menunjukkan tanda waqaf wajib berhenti atau lebih utama berhenti, sebagaimana contoh berikut.
b. Warna biru
Dipakai untuk menunjukkan tanda waqaf pilihan/ opsional, antara berhenti atau terus, sebagaimana contoh berikut.
c. Warna hijau
Dipakai untuk menunjukkan tanda waqaf terus atau lebih baik terus, sebagaimana contoh berikut.
D. Kelompok Huruf yang Tidak Dilafalkan
Kelompok ini diberi tanda warna grey seperti contoh berikut.